Diabetes melitus, DM (bahasa Yunani: διαβαίνειν, diabaínein, tembus atau pancuran air) (bahasa Latin: mellitus, rasa manis) yang juga dikenal di Indonesia dengan istilah penyakit kencing manis adalah kelainan metabolik yang disebabkan oleh banyak faktor, dengan simtoma berupa hiperglikemia kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, sebagai akibat dari:
- defisiensi sekresi hormon insulin, aktivitas insulin, atau keduanya.
- defisiensi transporter glukosa.
- atau keduanya.
Berbagai penyakit, sindrom dan simtoma dapat terpicu oleh diabetes melitus, antara lain: Alzheimer, ataxia-telangiectasia, sindrom Down, penyakit Huntington, kelainan mitokondria, distrofi miotonis, penyakit Parkinson, sindrom Prader-Willi, sindrom Werner, sindrom Wolfram, leukoaraiosis, demensia, hipotiroidisme, hipertiroidisme, hipogonadisme dan lain-lain.
Pada tahun 2013, Indonesia memiliki sekitar 8,5 juta penderita
Diabetes yang merupakan jumlah ke-empat terbanyak di Asia dan nomor-7 di
dunia.
Dan pada tahun 2020, diperkirakan Indonesia akan memiliki 12 Juta
penderita diabetes, karena yang mulai terkena diabetes semakin muda.
Diabetes melitus tipe 1
Diabetes melitus tipe 1, diabetes anak-anak (bahasa Inggris: childhood-onset diabetes, juvenile diabetes, insulin-dependent diabetes mellitus, IDDM)
adalah diabetes yang terjadi karena berkurangnya rasio insulin dalam
sirkulasi darah akibat hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas. IDDM dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa.
Sampai saat ini IDDM tidak dapat dicegah dan tidak dapat disembuhkan, bahkan dengan diet maupun olah raga.
Kebanyakan penderita diabetes tipe 1 memiliki kesehatan dan berat badan
yang baik saat penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas
maupun respons tubuh terhadap insulin umumnya normal pada penderita
diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal.
Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1 adalah kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.
Saat ini, diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan
insulin, dengan pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah
melalui alat monitor pengujian darah. Pengobatan dasar diabetes tipe 1,
bahkan untuk tahap paling awal sekalipun, adalah penggantian insulin.
Tanpa insulin, ketosis dan diabetic ketoacidosis
bisa menyebabkan koma bahkan bisa mengakibatkan kematian. Penekanan
juga diberikan pada penyesuaian gaya hidup (diet dan olahraga. Terlepas dari pemberian injeksi pada umumnya, juga dimungkinkan pemberian insulin melalui pump,
yang memungkinkan untuk pemberian masukan insulin 24 jam sehari pada
tingkat dosis yang telah ditentukan, juga dimungkinkan pemberian dosis
(a bolus)
dari insulin yang dibutuhkan pada saat makan. Serta dimungkinkan juga
untuk pemberian masukan insulin melalui "inhaled powder".
Perawatan diabetes tipe 1 harus berlanjut terus. Perawatan tidak akan
memengaruhi aktivitas-aktivitas normal apabila kesadaran yang cukup,
perawatan yang tepat, dan kedisiplinan dalam pemeriksaan dan pengobatan
dijalankan. Tingkat Glukosa rata-rata untuk pasien diabetes tipe 1 harus
sedekat mungkin ke angka normal (80-120 mg/dl, 4-6 mmol/l).Beberapa dokter menyarankan sampai ke 140-150 mg/dl (7-7.5 mmol/l)
untuk mereka yang bermasalah dengan angka yang lebih rendah, seperti
"frequent hypoglycemic events"
Angka di atas 200 mg/dl (10 mmol/l) seringkali diikuti dengan rasa
tidak nyaman dan buang air kecil yang terlalu sering sehingga
menyebabkan dehidrasi. Angka di atas 300 mg/dl (15 mmol/l) biasanya membutuhkan perawatan secepatnya dan dapat mengarah ke ketoasidosis
Tingkat glukosa darah yang rendah, yang disebut hipoglisemia, dapat
menyebabkan kehilangan kesadaran. Pada orang yang sudah sepuh, biasanya
gula darah sewaktunya dijaga di bawah 200mg/dl saja dan tidak lebih
rendah, karena dikhawatirkan dapat terjadinya 'hipo' atau gula darah di
bawah 100mg/dl, karena misalnya telat makan, makan lebih sedikit dari
biasanya atau terlalu senang dengan aktivitas berlebih dari biasanya.
Saat ini mulai banyak dilakukan pemberian insulin kepada penderita
diabetes type 2 yang secara terus menerus gula darah sewaktunya selalu
di atas 200mg/dl, walaupun telah diberikan berbagai kombinasi obat oral.
Insulin yang diberikan adalah yang bersifat 'long acting' atau 24 jam
sekali dan tetap minum obat oral dengan dosis yang lebih rendah tiap
kali makan besar.